Strategi Curang Israel dengan Menggunakan “Teori Makan Bubur Panas” dalam Serangan ke Rafah: Sorotan Seluruh Mata

by -130 Views

ISRAEL selalu punya cara “menutup mata” Amerika Serikat dalam invasinya yang dilakukan di Gaza dan sekarang kota Rafah. Terbaru saat mereka menggunakan taktik makan bubur ayam panas saat melakukan bumi hangus di Rafah, kota berpenduduk padat yang dihuni lebih dari satu juta pengungsi. Sebelum Israel menyerang Rafah, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut garis merah untuk aksi yang dilakukan Israel. Biden meminta agar Israel tidak melewati apa yang disebutnya dengan “garis merah”; masuk Kota Rafah, tempat 1,4 juta warga Palestina ditahan setelah perang selama berbulan-bulan.

“Itu adalah garis merah,” katanya kepada MSNBC ketika ditanya tentang potensi invasi Israel ke Rafah. “Jika mereka masuk ke Rafah, saya tidak akan memasok senjata…untuk mengatasi masalah itu,” sambung Biden dalam kepada CNN. Tapi, Israel berhasil mengelabui garis merah yang disampaikan Biden. Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan AS tidak dapat “memverifikasi” bahwa kendaraan militer Israel berada di pusat Rafah, meskipun terjadi pertumpahan darah pada hari Minggu dan tank-tank Israel terus bergerak lebih jauh ke Rafah.

“Kami tidak ingin melihat operasi militer besar-besaran terjadi di sana, seperti yang kami lihat terjadi di Khan Younis dan di Kota Gaza. Pada titik ini, kami belum melihat operasi militer sebesar operasi sebelumnya ,” kata Miller.

Teori Makan Bubur Panas
Kenapa AS bisa menutup mata AS? Pertama bisa jadi Biden dan AS memang setengah hati menghentikan invasi Israel atau bahkan tidak punya keberanian melakukan itu. Sehingga garis merah yang disampaikan Biden hanya untuk menenangkan tapi sebenarnya tidak jelas batasannya. Kedua, karena Israel menggunakan taktik makan bubur ayam panas saat melakukan teror dan horor ke Rafah. Caranya, Israel tidak langsung masuk ke pusat kota Rafah yang bisa jadi akan membuat AS menghentikan pasokan senjata ke mereka karena melanggar garis merah Biden.

Pasukan zionis cukup bersabar dengan menggunakan teori bubur panas yaitu: Disendok sedikit dan perlahan dari pinggir, ditiup pelan-pelan lalu dimakan. Baru setelah itu, bergeser ke ke tengah untuk habiskan karena bubur sudah tidak panas lagi. Cara itu mirip sepertinya yang sekarang dilakukan Israel. Tentara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memasuki Rafah tapi menghindari pusat kota. Pasukan Israel memilih mengambil alih perbatasan di pinggir kota, memutus titik transit utama ke Mesir dan dengan itu, kemampuan untuk mendapatkan bantuan dan melukai orang-orang.

Strategi ini sehingga memberikan ruang gerak bagi Biden untuk mengatakan bahwa batasannya tidak dilanggar. Sehingga, meski operasi militer Israel terus berlanjut setiap hari tetapi, menurut Gedung Putih, bukan berarti “pergi ke Rafah”. Dan itu yang terjadi sekarang ini.