Kisah Tragis Ayah Chairil Anwar Menjadi Korban Pembantaian Belanda di Rengat: Okezone Nasional

by -163 Views
Kisah Ayah Chairil Anwar Jadi Korban Pembantaian Belanda di Rengat

Chairil Anwar. (Foto: Ist/Wikipedia)

CHAIRIL Anwar adalah seorang penyair terkemuka di Indonesia. Ayah Chairil Anwar yang bernama Tulus adalah seorang bupati di Rengat. Bupati Tulus ini menjadi salah satu dari sekitar dua ribu orang yang dibantai oleh Belanda di Rengat pada tanggal 5 Januari 1949.

Kisah ini diungkapkan oleh jurnalis Belanda, Anne-Lot Hoek, dalam pertemuan dengan Panca Setyawan Prihatin, putra seorang veteran di Rengat, Wasmad Rads, dan Nini Turaiza Tulus, salah satu putri dari Bupati Tulus yang juga merupakan adik dari Chairil Anwar.

Kejahatan perang pada masa penjajahan Belanda terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Perang revolusi juga meletus di Kota Rengat, yang saat itu berada di wilayah Sumatera Tengah.

Arsip-arsip Belanda yang mulai terbuka untuk umum pada tahun 1980-an mengungkapkan banyak tragedi yang dialami oleh warga sipil Indonesia pada masa revolusi. Rengat dikenal sebagai “Kota Para Raja”, karena tempat ini menjadi tempat kelahiran sejumlah sultan-sultan dari Kerajaan Indragiri.

Panca Prihatin menceritakan kepada Hoek bahwa ayahnya merupakan saksi mata dari pendaratan unit komando Belanda yang terkenal, Korps Speciale Troepen (KST), di Rengat pada tanggal 5 Januari 1949 yang memiliki misi merebut pertambangan minyak di utara Rengat dan Air Molek.

Dalam kisah yang diungkapkan oleh Hoek di situs Inside Indonesia, disebutkan bahwa sebelum pendaratan KST dengan kode operasi “Operatie Modder” atau Operasi Lumpur, sejumlah pesawat tempur P-51 Mustang menjatuhkan bom dan menembaki warga sipil di jalan-jalan, pasar, dan permukiman.

Tak lama setelah serangan oleh pesawat tempur, Kompi I Parasut KST yang terdiri dari 180 personel di bawah komando Letnan Rudy de Mey mendarat di daerah Sekip dekat Rengat. Akibat peristiwa ini, daerah tersebut sekarang dikenal sebagai Sekip Sipayung.

Setelah mendarat, sweeping terhadap pemuda-pemuda lokal bersenjata dilakukan. Penembakan di mana-mana termasuk terhadap Bupati Tulus yang ditembak mati di depan rumahnya di hadapan istri dan anak-anaknya.

Di sebuah gedung pesanggrahan di Sekip yang dulunya merupakan kantor pegawai pemerintahan, puluhan pegawai, termasuk 27 agen polisi Indonesia yang ditangkap, dihadapkan di halaman dan ditembaki. Mayat-mayatnya dibuang ke sungai terdekat.

Hoek juga mewawancarai keluarga korban lainnya, Ibu Roslia. Pada tanggal yang sama, Roslia mengingat ayahnya yang seorang petani juga menjadi korban, karena berusaha menolong dua tentara republik yang hanyut di sungai.

“Hampir semua warga kampung melarikan diri ke hutan. Banyak mayat juga terapung di sungai,” kata Roslia kepada Hoek.

Penembakan acak juga terjadi di mana-mana. Para ibu bersama anak-anaknya ditembaki, termasuk ibu hamil dan lansia yang menjadi sasaran tentara Belanda.