Masalah tawuran yang terjadi secara terus-menerus di Jakarta telah mendorong Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi DKI Jakarta untuk mengusulkan solusi yang inovatif. Menurut Sekda, pengangkatan koordinator atau pemimpin pemuda yang masih menganggur bisa menjadi langkah yang efektif dalam mengatasi masalah tersebut. Dengan mempekerjakan para pemuda yang sebelumnya memiliki banyak waktu luang, maka potensi keisengan yang memicu tawuran dapat dicegah.
Selain itu, kemiskinan juga menjadi faktor penting yang memicu perilaku tawuran di kalangan pemuda. Oleh karena itu, mencarikan pekerjaan bagi mereka yang menganggur dianggap sebagai solusi yang efektif. Marullah, Sekda Provinsi DKI Jakarta, menekankan pentingnya mengoptimalkan waktu pemuda agar tidak terbuang percuma. Dia juga menyatakan bahwa tawuran tidak selalu terjadi di kawasan padat penduduk.
Upaya pencegahan tawuran juga dilakukan secara intensif oleh seluruh jajaran pemerintahan wilayah DKI Jakarta. Melalui kerja sama antara Pemprov DKI, Forkopimda, FKUB, dan tokoh agama, sosialisasi dilakukan untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang hal-hal yang sebaiknya dihindari selama bulan Ramadhan. Hal ini tidak hanya terkait dengan tawuran, tetapi juga upaya-upaya pencegahan terkait kebakaran dan bencana lainnya.
Kejadian tawuran yang terjadi di Jakarta, seperti di Penjaringan, Jakarta Utara, memperlihatkan urgensi penanganan masalah ini. Polres Metro Jakarta Utara mencatat bahwa dua kelompok pemuda sepakat untuk melakukan aksi tawuran melalui media sosial, yang berujung pada kecelakaan fatal dengan satu korban meninggal dan tiga orang luka. Langkah-langkah pencegahan dan penanganan masalah tawuran diharapkan dapat mengurangi insiden serupa di masa depan.