Pasukan Paramiliter Sudan: Tragedi Pembantaian di White Nile

by -19 Views

Pejabat dan kelompok hak asasi manusia Sudan mengungkapkan bahwa serangan oleh Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter telah menelan korban kehidupan yang sangat tinggi di negara bagian White Nile. Menurut Kementerian Luar Negeri Sudan, jumlah korban tewas akibat serangan tersebut mencapai 433 orang, sementara kelompok hak asasi Emergency Lawyers memperkirakan lebih dari 200 orang telah kehilangan nyawa dalam tiga hari terakhir.

Mereka menegaskan bahwa RSF menyerang warga sipil di berbagai desa di daerah al-Gitaina setelah mengalami kekalahan oleh pasukan Sudan. Sementara itu, laporan dari PBB yang dirilis pada Selasa (18/2) mengungkapkan bahwa pertempuran di Sudan telah memicu pelanggaran hak asasi manusia yang serius, termasuk serangan terhadap daerah padat penduduk, penyerangan fasilitas kesehatan yang disengaja, dan eksekusi singkat berbasis etnis.

Ravina Shamdasani, Juru Bicara Kantor Hak Asasi Manusia PBB, menyatakan bahwa sebagian dari tindakan tersebut mungkin merupakan kejahatan perang dan menekankan perlunya dilakukan penyelidikan independen untuk membawa pelaku keadilan. Konflik di Sudan mulai memanas pada bulan April 2023 ketika ketegangan antara militer dan RSF memuncak menjadi pertempuran di Khartoum dan wilayah lain di negara tersebut.

Perang telah menelan korban lebih dari 28.000 jiwa, memaksa jutaan orang mengungsi, bahkan hingga melakukan tindakan ekstrim seperti memakan rumput demi bertahan hidup di tengah kelaparan. Situasi ini telah menciptakan krisis pengungsian terbesar di dunia, dengan lebih dari 14 juta orang kehilangan tempat tinggal. Sekitar 3,2 juta di antaranya telah melintasi perbatasan ke negara-negara tetangga seperti Chad, Mesir, dan Sudan Selatan.