Pasca Hari Kemerdekaan, perusahaan-perusahaan di Amerika mulai merasakan dampak tarif yang signifikan terhadap pasar. Meskipun pasar mobil tidak terlalu terpengaruh, namun kekhawatiran tentang kenaikan harga mobil baru menjadi sorotan. Dengan ketidakpastian harga otomotif yang semakin meningkat, para produsen mobil dan analis tengah dalam posisi cemas untuk mengantisipasi dampak dari tarif tersebut. Pasar otomotif sedang menghadapi masa depan yang tidak pasti, dengan proyeksi penurunan penjualan dan peningkatan harga kendaraan yang membuat kekhawatiran semakin bertambah. Tarif baru dan biaya bea masuk timbal balik yang diperkirakan akan meningkat menjadi fokus utama dalam menghadapi tantangan pasar yang semakin sulit diprediksi.
Para analis pasar, seperti John Murphy dari Bank of America, telah memperingatkan bahwa penjualan mobil dapat turun hingga 15% akibat kenaikan harga yang harus diterapkan oleh produsen mobil untuk menutupi biaya tarif yang meningkat. Prediksi ini juga didukung oleh Anderson Economic Group, dan perkiraan kenaikan harga kendaraan mulai dari $2.500 hingga bahkan lebih dari $20.000. Berbagai model kendaraan, mulai dari sedan hingga SUV besar, diprediksi akan terkena dampak kenaikan harga yang signifikan.
Ketidakpastian semakin meningkat karena produsen mobil tidak mengetahui secara pasti berapa tarif akhir yang akan mereka terima. Tarif yang bisa bertambah secara akumulatif membuat kalkulasi biaya menjadi semakin rumit. Produsen mobil, analis pasar, dan seluruh industri otomotif berusaha bertahan dan menyesuaikan diri dengan kondisi pasar yang berubah dengan cepat. Melalui pengalihan sebagian produksi ke Amerika Serikat, para produsen berharap dapat mengurangi dampak tarif yang semakin meningkat. Jaringan rantai pasokan otomotif menjadi semakin kompleks, dan perubahan tarif dapat berdampak langsung pada biaya produksi dan harga jual kendaraan. Dengan situasi yang semakin kompleks, industri otomotif Amerika berada di ambang perubahan yang signifikan.
