Hubungan antara Indonesia dan Persatuan Emirat Arab (PEA) mengalami penguatan strategis baru-baru ini. Dalam pertemuan bilateral di Istana Qasr Al Shatie, Abu Dhabi, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden PEA Mohamed bin Zayed Al Nahyan (MBZ) menyaksikan penandatanganan delapan dokumen kerja sama yang baru. Dokumen tersebut terdiri dari empat nota kesepahaman antarpemerintah (government to government/G-to-G) dan empat kerjasama antarpelaku usaha (business to business/B-to-B). Langkah ini menunjukkan keseriusan kedua negara dalam memperluas kemitraan mereka di berbagai sektor strategis.
Adapun dokumen kerja sama antarpemerintah meliputi: 1. Perjanjian antara Kementerian Luar Negeri PEA dan Kementerian Koordinator Bidang Pangan RI mengenai Kemitraan Alam dan Iklim. 2. Protokol Perubahan Kedua Memorandum Saling Pengertian tentang Kerja Sama Kelautan dan Perikanan. 3. Perjanjian antara Kementerian Dalam Negeri PEA dan Polri tentang Keamanan dan Penanggulangan Terorisme. 4. Perjanjian antara Kementerian Agama RI dan Otoritas Umum Bidang Islam, Wakaf, dan Zakat PEA tentang kerja sama di bidang keislaman dan pengelolaan wakaf.
Sementara itu, dokumen kerja sama antarpelaku usaha termasuk: 1. Perjanjian antara Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan RI dengan Al-Ain Farms PEA mengenai investasi produksi susu. 2. Nota Kesepahaman antara Ninety Degree General Trading LLC dan PT Pindad. 3. Kesepakatan Prinsip pengembangan Pembangkit Tenaga Listrik Surya Fotovoltaik Cirata. 4. Perjanjian antara PT PLN (Persero) dan Abu Dhabi Future Energy Company PJSC – MASDAR untuk rencana pengembangan PLTS Terapung Jatigede berkapasitas 100 MW.
Kehadiran Presiden Prabowo dalam pertemuan ini menandai awal dari babak baru dalam hubungan RI-UEA di bawah kepemimpinannya. Ia menekankan pentingnya kerja sama konkret dan berkelanjutan dalam menghadapi tantangan global, mulai dari ketahanan pangan hingga transisi energi. Presiden MBZ menyambut positif capaian tersebut, menyebut Indonesia sebagai mitra utama PEA di kawasan Asia Tenggara. Ia juga menyoroti peran penting sektor swasta dalam menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Pertemuan ini tidak hanya menjadi wadah diplomasi, tetapi juga mencerminkan kesamaan visi kedua negara dalam membangun masa depan yang lebih inklusif dan sejahtera. Hubungan RI-UEA yang sudah terjalin selama lebih dari empat dekade semakin kokoh dengan kerja sama yang semakin meluas, dari tingkat pemerintah hingga sektor bisnis.