Kawasan Pasar Leuwiliang di Bogor Barat mengalami kemacetan parah sejak dini hari hingga pagi ini. Kemacetan tersebut disebabkan oleh banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan di badan jalan dan area publik, seperti parkiran pertokoan Banpur. Kepadatan lalu lintas ini mulai terasa sejak pukul 01.00 WIB dan sedikit terurai menjelang pagi. Para pedagang yang terdampak oleh pembangunan Pasar Leuwiliang setelah kebakaran belum mendapatkan tempat penampungan sementara. Sejumlah pihak menyatakan bahwa proyek ini dilakukan tanpa perencanaan yang matang dan tanpa Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin) dan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal).
Kemacetan ini tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan bagi warga sekitar, tetapi juga berpotensi merugikan masyarakat secara ekonomi. Waktu tempuh yang lebih lama, biaya bahan bakar yang meningkat, dan gangguan distribusi barang menjadi dampak langsung yang dirasakan saat ini. Pedagang mengakui bahwa mereka harus bertindak sendiri tanpa arahan dari pihak pengelola pasar. Ketua Perkumpulan Pedagang Pasar Leuwiliang (P3L), Bobi Cuprio, menyampaikan bahwa langkah mereka menempati area di sekitar jalan dilakukan secara mandiri karena tidak ada petunjuk atau fasilitas penampungan yang disediakan oleh Perumda Pasar Tohaga.
Masyarakat menekan Perumda Pasar Tohaga untuk segera bertindak atas situasi semrawut di sekitar pasar. Harapan masyarakat adalah agar pengelola pasar tidak mengabaikan dampak sosial dan kemacetan yang disebabkan oleh proyek pembangunan pasar. Pemerintah daerah juga diminta untuk turun tangan dan menemukan solusi yang manusiawi bagi pedagang tanpa mengorbankan kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan. Jika tidak segera ditangani, dikhawatirkan masalah ini akan berkembang menjadi konflik sosial yang lebih luas di wilayah Leuwiliang.





