Sebuah studi terbaru telah menantang anggapan lama bahwa tumbuh dalam keluarga religius akan membuat seseorang lebih sehat dan damai di masa tua. Risiko kesehatan di masa tua sebenarnya tidak sepenuhnya terkait dengan didikan religius di masa kecil. Tim peneliti dari Universitas Helsinki melakukan riset menggunakan data dari lebih dari 10.000 responden berusia di atas 50 tahun di seluruh Eropa. Mereka menemukan bahwa peserta yang dididik secara religius justru menilai kesehatan mereka di usia tua sedikit lebih rendah dibanding kelompok sekuler. Ketika dibagi ke dalam tiga aspek utama, yaitu kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan kognitif, pola tersebut tampak berlapis. Riwayat sosial, masalah kesehatan mental, dan konsumsi alkohol berlebihan juga berperan dalam memperburuk dampak negatif dari didikan religius terhadap kesehatan di usia tua. Temuan ini mencerminkan kian sekulernya masyarakat Eropa pascaperang, di mana agama kini tidak lagi menjadi sumber kekuatan, melainkan cerminan dari ketimpangan sosial yang diwariskan lintas generasi. Meski religiusitas dapat membawa dampak baik, namun tidak cukup kuat untuk meniadakan risiko kesehatan yang bersumber dari beban sosial dan ekonomi jangka panjang. Ia bergantung pada kelas sosial, gender, kondisi keluarga, dan bagaimana seseorang memeluk atau menjauh dari imannya di usia dewasa.
