Persimpangan Etika dan Kebebasan: Apa yang Perlu Anda Ketahui

by -34 Views

Aktivitas berolahraga atau sekadar jalan-jalan santai di area car free day (CFD) di Jakarta setiap Minggu sering kali diabadikan oleh fotografer-fotografer yang berada di sekitar Jalan Sudirman hingga Jalan MH Thamrin. Baru-baru ini, beberapa hasil jepretan fotografer ini diunggah ke platform Fotoyu, sebuah aplikasi yang menampilkan dokumentasi fotografi pribadi dan menggunakan teknologi pengendalian wajah AI untuk membantu orang menemukan foto mereka dari acara tertentu.

Dengan tren penggunaan aplikasi Fotoyu yang terus berkembang sejak 2022, terutama seiring tingginya minat masyarakat terhadap olahraga lari, mendatangkan perbincangan di media sosial. Sejumlah warganet mulai mempertanyakan keberadaan fotografer-fotografer ini, yang mirip dengan praktik fotografi jalanan di objek wisata pada dekade sebelumnya.

Aturan hukum terkait fotografi jalanan berbeda-beda di setiap negara. Di Prancis dan Jerman, undang-undang tentang fotografi sangat ketat, sementara di Inggris, memotret di ruang publik dianggap sepenuhnya legal. Situasinya berbeda lagi di Amerika Serikat, Kanada, dan Indonesia, dengan peraturan yang juga mengatur privasi dan perlindungan data pribadi.

Masalah etika dan privasi juga menjadi pertimbangan penting dalam fotografi jalanan. Fotografer seperti Ben Luu dan Polly Rusyn menetapkan batasan-batasan etika yang ketat dalam praktik fotografi jalanan mereka, termasuk menghormati privasi subjek foto dan mempertimbangkan perasaan serta keinginan mereka.

Meskipun fotografi jalanan bisa dianggap sebagai seni yang menangkap momen-momen jujur di ruang publik, penting untuk selalu menghormati privasi individu dan beroperasi dalam batas-batas etika yang jelas. Setiap negara memiliki peraturan yang berbeda terkait fotografi jalanan, namun pada akhirnya, penting untuk selalu memprioritaskan etika dan privasi dalam setiap aktivitas fotografi yang dilakukan.

Source link